Sajak Restoe Prawironegoro Ibrahim
Bumi, alam, semesta ini sufistik
Langit adalah asap yang tergelar berdasar kerangka irfani
berpusat dan menggulung ke satu titik fokus
dengan gesekan lingkaran yang panas
Makin lama makin penuh titik intinya
berbentuk bola raksasa yang berpijar
di atas ”nuur” yang panas
bermilyar derajat celcius dengan sumber dari segala sumber
benda- benda di alam semesta ini
memiliki daya tarik gravitasi amat dahsyat
seperti cahaya bumi yang dipancarkan ke lubang
pelita di dalam kaca
laksana bintang yang dinyalakan
dengan minyak dari pohon zaitun
yang tidak tumbuh di barat maupun timur
tanpa nyala api
Tuhan memanjangkan bayang-bayang-Nya
dari tujuh kumpulan bola pijar raksasa
dihamparkan ke langit
galaksi, bintang, matahari
bentuk wujud kebesarannya
letusan gunung berapi
memuntahkan dari dalam makhluk penghuni planet
para jin adalah aeter yang panas
sungai, danau, lautan dan gunung
adalah air magma bumi membasahi tanah
bulan, bumi, planet adalah
tata surya bola pijar seperti matahari
di mana evolusi waktu
membengkak seribu sampai lima puluh ribu tahun
Tuhan pun mencipta hanya sekejap
dari waktu yang ada
atmosfir dan perut bumi pun
mengeluarkan kepundan-kepundan
akan mati
karena laut, pasir, manusia, batu
melekat beterbangan ke atas angkasa
kehabisan daya gravitasi
kita pun melangkahkan kaki dengan terpental-pental
di atas molekul-molekul yang semakin berhimpitan
Tuhan mencipta bumi
bukan seperti surga yang penuh
bidadari dan kemewahan imajinasi indrawi
dan kehidupan pun tidak akan ada lagi di permukaan bumi
berlubangnya lapisan ozon
akibat hutan yang menipis
karena tangan-tangan manusia
sinar matahari pun tak lagi bercahaya
manusia hidup di bumi
saling bunuh satu dengan yang lain
keserakahan,
dan menipisnya naluri manusia
akan menguras sumber panas bumi
membuat kaum perempuan
malas dan enggan untuk mengandung,
menyusui, bahkan dengan sadis
membunuh bayi yang dilahirkannya
lahirlah pembantaian
dan kekejian di luar batas norma manusia
selamatkan bumi ini
dari kapal yang sedang tenggelam
bagaimana harus memberi makan
sepuluh miliar penduduk bumi
kalau kelaparan dalam skala raksasa melanda
bumi pun tidak akan mampu
memberi makan manusia
apabila kelaparan besar terjadi
kita kini sebagai saksi hidup
untuk menyelamatkan bumi
dari ledakan penduduk kekurangan gizi
dari tangan-tangan perusak alam hutan
tiga perempat penduduk miskin
terancam laparan dan kerusuhan sosial
dari kepentingan miliaran orang marjinal
terlupakan di desa-desa
kalau saat ini sedang terjadi
seorang perempuan muda
melakukan aborsi
karena takut untuk melahirkannya
Catatan, Jakarta; 16 April 2008-04-16
Monday, April 21, 2008
Selamatkan Bumi dari Kapal Sedang Tenggelam
Posted by Kantong Sastra at 11:11 PM
Labels: karya (puisi)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment