Monday, September 8, 2008

Kebahasaan dan Kesusastraan

Orasi Prof. H.K.M.A.M. Usop, M.A.

Penerimaan Penghargaan Tokoh Kebahasaan dan Kesusastraan
Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah
Palangkaraya, Rabu, 27 Agustus 2008

Awal mula:

1. Saya menerima dan menghargai pemberian Penghargaagn Tokoh Kebahasaan dan Kesusastraan ini dengan rasa gembira dan terima kasih, walaupun saya menyadari bahwa apa yang telah dapat saya sumbangkan selama ini tidaklah dapat dikatakan suatu puncak prestasi.

2. Sumbangan itu hanyalah suatu percikan bakat yang dimunculkan oleh desakan kebutuhan mengisi ruang-ruang kosong dalam kesibukan perjalanan hidup karier kami dalam “Meniti Tri Dharma Perguruan Tinggi”.

3. Selain itu, sebagai seorang perantau ada dorongan untuk membentuk kepribadian, suatu jatidiri yang mengemban nilai-nali budaya, termasuk seni budayanya.

Awalnya adalah

1. Karier kami sebagai wartawan yang memerlukan penguasaan pemakaian bahasa (penterjemah Inggris—Indonesia dan sebaliknya) di kantor berita PIA, Associatd Press, Times of Indonesia dan Jakarta Times.

2. Menempuh pendidikan tinggi di India (Delhi Collage dan Delhi University: B.A. dan M.A.) yang bahasa pengantarnya bahasa Inggris. Bergaul sehari-hari dengan bahasa Inggris. (1961--1969)

3. Ketika kembali ke Palangkaraya menjadi dosen UNPAR (1970) terpaksa kami mengajar bahasa Indonesia dan juga bahasa Inggris, malahan menjadi pendiri kedua jurusan tersebut.

4. Sementara itu, timbul pula minat kami untuk membina bahasa daerah, khususnya bahasa Dayak Ngaju yang kebetulan bahasa ibu, sampai menjadi koordinaror Pemanyarakatan Bahasa Indonesia di Kalimantan Tengah, lalu memperjuangkan adanya Kantor Bahasa Palangkarya yang kemudian berubah namanya menjadi Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah yang berkedudukan di Palangkaraya. Setelah itu, karena perjalanan karier mengarahkan pada pengabdian di bidang pendidikan, sosial, dan politik, maka bidang kebahasaan itu saya estafetkan kepada kader-kader muda yang sempat saya bina.

5. Sebagai wartawan, saya banyak menciptakan istilah-istilah baru dalam Bahasa Indonesia.

6. Sebagai dosen yang membaca skripsi-skripsi mahasiswa, saya temukan suatu gaya bahasa yang agak unik, yang kemudian saya rumuskan sebagai gaya “topik dan komen” yang merupakn pengaruh bahasa daerah. Apa yang ingin ditonjolkan menjadi subjek atau menjadi topik.

7. Sebagai budayawan yang menggali nilai-nilai budaya lokal, saya menemukan suatu bentuk sastra suci sangiang/sangen yang unik dan disebut oleh orang bahasa sebagai semantic parallelism (paralelisme semantik atau padanan makna) yang kemudian saya sebut khususnya untuk bahasa Sangen sebagai semantic interalism (integralisme semantik, karene melukiskan satu objek saja, yang disebut sebagai kutak bawi dan kutak hatue)

8. Di bidang ejaan, bahasa Dayak Ngaju tidak seluruhnya dapat mempergunakan ejaan baru Bahasa Indonesia dalam kasus-kasus bunyi sengau (ai, ei, au) sepaerti balau/balaw, parei/parey, balai/balay, karena adanya akhiran –nya yang dalam BDNg: kata yang berakhiran huruf mati seperti takuluk manjadi takuluk-ah.

9. Ada kasus yang aneh ialah kuman dan kinan, kalau sisipan um dan in diambil, maka tinggal satu suku kata kan : mekan, makan, mangan…

10. Mungkinkah Bahasa Melayu itu berkembang dari daratan Kalimantan, bukan dari Champa (Cina Selatan)? (lihat kliping yang saya lampirkan)

11. Sebagai penutup, saya bacakan sajak W.S. Rendra yang ber-kutak bawi hatue:

Kali hitam lewat dengan keluh kesah
Kawanan air dari tanah tak bernama
Kali hitam lewat di tanah rendah
Kali hitam beralur di dasar dada


Antara Palangka dan Jakarta:

ANTARA PALANGKA RAYA DAN JAKARTA RAYA
17 Juli 1957 dan 17 Juli 2004

Kenna Usop
(Prof. H. KMA M. Usop, M.A.)

Bung Karno pernah mimpi
Palangka akan jadi raya
Palangka Raya ‘kan menjelma jadi Jakarta Raya

Hampir setengah abad telah berlalu
47 tahun sudah kita berkarya
Membangun kota
Kota langka penuh palang derita
Penuh tunguh dan tangah*,
Isen mulang*
Pantang telentang
Pantang mantangah*
Kota baru di tengah rimba belanara Kalimantan Tengah
Hanya satu itu karya anak bangsa
Persembahan kepada republik tercinta
Kepada anak cucu dan cicit kita

Cita-cita dan mimpi
Harus tetap teguh
Berayun-ayun dalam kenangan
Bergejolak dalam pikiran
Bergetar dalam gerak langkah
Cita dan karya

Kota pasir, kota kerina, kota tandus, kota panas
Kota kumuh…dan …”kota cantik”
Pasir dan pasar

Tantangan dalam perubahan
Kecantikan dalam perjuangan
Ketulusan dalam ketandusan
Keteguhan dalam kekumuhan
Kelembutan dalam kekerasan
Ketegaran dalam kekeringan
Kesabaran dalam ke-panas-an

Antara jalan lintas, banjir melindas
Antara kendaraan roda dua, roda empat dan roda kaki*
Antara otokrasi dan demokrasi
Antara roda pembangunan dan roda peminggiran
Antara kejujuran dan kemunafikan
Antara kita berdua saja
Jarak masih jauh

Antara Palangka Raya dan Jakarta Raya
Masih berdesir mengusik harap
Masih bergetar gerak lanjah
Masih berbising klotak dan balap*
Antara kota dan desa
Antara gunung dan lembah
Antara sungai, laut, dan darat
Antara kau dan aku
Antara kita semua, hapakat* erat
Membangun betang* kita, rumah rakyat

Supaya nanti
Kau dan aku bermesra
Menjalin cinta di hutan dan rawa-rawa
Menikmati kasih di alam raya
Antara Jakarta dan Palangka
Aku tersentak, waktu berdetak
Kita bergerak, orang berdesak
Aku berharap kita berderap
Menjalin erat, merapat jarak

Aku tergugah
Alam berubah
Anara Soekarno-Hatta dan Cilik Riwut
Antara Palangka dan Jakarta
Antara Palangka yang Raya dan Jakarta yang Raya
Kota langka, kota raya, kota perkasa
Mangat Kalimantan Tengah dia mantangan*
Oe-oe-oe...oe!
Selamat mengabdi, selamat berjuang
Selamat Hari adi, Sayang…

Palangka Raya, 16 Juli 2004
*tungguh tangah=keluh kesah
*isen mulang=pantang mundur
*mantangan=telentang
*roda kaki=jalan kaki
*KH11=jalan kaki
*balap=speed boat
*hapakat=saling bersepakat
*betang=rumah panjang
*mangat Kalimamntan Tengah dia mantangah=agar Kalimantan Tengah tidak telentang

No comments: