Monday, December 24, 2007

Mengejar Pluto

Cerpen Putri Kusnaedi

MELEPAS keletihan. Hilangkan, gairah tercemar oleh kelukaan, peri. Bersama bintang mencipta kesunyian. Di pulau kapuk menghentikan kegiatan, mati sementara; lelap.

Pluto menyervis handphonenya. Kali ini bukan tuts-tuts yang sulit ditekan, juga bukan akibat terjatuh dari tempat ketinggian. Tukang servis mengurut dada mem-flashback tingkah pluto yang tak kurang dari 6 kali telah datang ke tempatnya hanya sekedar mengurus telepon genggam yang itu-itu saja.

“Berhati-hatilah, jaga hpmu baik-baik!” pesannya usai mengganti casing remuk dengan warna hijau biru ungu light; tampak lebih baru.

“Aku akan menjaganya, jangan khawatir, thanks kang!” tak bosan-bosan kang rigel menerima jawaban serupa dari sebelum-sebelumnya.

Detak jarum pada arloji pluto tak memberikan waktu lagi untuk leha-leha, ia mengejar sampai sekolah untuk rapat persiapan class meeting. Tiba di tanah sekolah, pluto diburu nafas, ia terhenti di satu ruang bertuliskan “OSIS PUNYA” di tepi atas pintu.

Melongo, nampak api di wajahnya, dan tak ada satupun manusia lain berinjak di sana.

“Hey.. what?! Apa-apaan ini? Padahal, janji mereka... WAJIB DATENG! Aku kan ketuanya! Kenapa mereka gak taat aturan gini! Mending aku, telat, tapi dateng! Huh! Dasar PAYAH!” ia berbicara keras, mengomel.

“Oh,ya?” berbarengan dengan puluhan anggota osis, Jupi Terta muncul, tepat pluto ada di muka mereka.

Pluto, kaku membalikkan kepala. Komat-kamitnya tadi serta merta terlupakan, berhembus menghadap yang ada di depannya sekarang.

“Ups, sorry, tadi aku bangun kesiangan, harus beres-beres rumah dulu, eh… nunggu angkotnya lama.” Marsha menirukan gaya telat pluto. Aura guilty merias muka pluto.

“Oke..oke.. kita sudah melewatkan waktu banyak, lebih baik kita masuk sekarang, right?” kebijakan itu suara Bumi. Ia berusaha menengahi emosi teman-temannya. Yang lain sepakat satu suara dengan bumi. Kemudian seluruh mata memburu sesosok yang terbungkam salah tingkah.

“Hah? A… apa?” ia semakin bersalah.

“Ini ruangan dikunci, Non!” si cantik venus menyadarkan kealpaan pluto satu lagi.

“Oh! Aduh! Iya..iya… aduuuh!”

Selebihnya, rapat berjalan standard. Dengan ketegangan gontok-gontokan, persaingan mulut, dan oposisi tertentu.

***

Pluto termenung di depan dewi malam, ia terpana dengan kecantikannya di angkasa. Teras redup, pluto sengaja berdiri lama, untuk kemudian mempraktekkan olahraga sederhana yang ia kutip dari sebuah buku.

Kaki tegak sejajar bahu, dua tangan merentang ke depan, dan ayunkan 200 kali.

Ada pula, duduk bersila, tapak tangan terbalik di atas paha, terpejam. Pluto khidmat mengejar ketenangan.

Di atas meja terdengar bunyi-bunyian. Satu matanya meliriik. Ia akhiri sementara konsentrasinya untuk melihat sms siapa yang telah masuk.

“Mata pisau itu terlajur menggenggam segumpal darah, berlutut keharibaan, hamba bagai zarah terbias, bebaskan hamba ya Tuhan, dari degup detak malam yang meniti embun”

***

Class Meeting Senin depan telah matang, selaku ketuplak pluto cukup baik mengkoordinir kerja panitia. Siang sepulang sekolah, pluto berniat hunting data untuk persiapan ujian sebulan nanti. Seperti biasa, sembari loading, ia mampir ke Yahoo!Mail,

“Nggak ada yang special..” yahoo!mail itu ia segera sign out. Lalu, pluto asyik memilih nickname untuk chatting.

[Jengkol_Tempe] Hay Pluto Aurora…

[PlutoAurora] Hai juga

[Jengkol_Tempe] Pulang sekolah ya, Neng?

[PlutoAurora] Tau dari mana aku masih sekolah?

[Jengkol_Tempe] Kalo aku bilang, aku peramal, kamu pasti gak percaya!

[PlutoAurora] Maybe,

[PlutoAurora] Tapi, kalo kamu peramal, harusnya tau donk aku sekolah di mana..

[Jengkol_Tempe] Well, tadi cuma basa-basi,

[Jengkol_Tempe] Kamu… sekolah di SMA Fajar Utama, cewek, sekitar 17-an, pinter, cuek, suka makan mie, kadang-kadang ceroboh, telatan kalo ada janji, imut dikit, punya cawak pipi dan bulu mata lentik, hal yang paling kamu benci adalah kehilangan data yang dengan kerja keras kamu dapetin.

[PlutoAurora] Waw! Lengkap banget! Kamu siapa sih?

[Jengkol_Tempe] Tebak donk, ah!

[PlutoAurora] Seseorang yang kukenalkah?

[Jengkol_Tempe] Boleh juga

[PlutoAurora] Sekolah di Fajar Utama ya?

[Jengkol_Tempe] Boleh juga

[PlutoAurora] F or M?

[Jengkol_Tempe] Menurutmu?

[PlutoAurora] Cowok?

[Jengkol_Tempe] Boleh juga

[PlutoAurora] Aku tau!

[Jengkol_Tempe] Oh, ya..

[PlutoAurora] Certainly, kamu pasti…

[Jengkol_Tempe] Bye..bye..

Pluto melengos, padahal ia bisa menebak, siswa Fajar utama yang sukanya bilang boleh juga dan oh, ya.. cuma Jupi Terta. Tapi, kok nick name-nya Jengkol_Tempe? Pluto me-log out join room chattingnya. Tak ada yang menarik, ia malas meladeni orang-orang sinting yang asal, seperti;

[Shamermon] do u have boyfriend?

[Friendship_blabla] u look sexy?

[PlutoAurora] Jijaayyy!

Pluto segera mengclose, saat chatt berisi obrolan ngawur.

Lalu, konsentrasi dengan data-datanya.

Glep!

“Waw… ha..hah?” pluto shock, lampu warnet padam, serempak komputer-komputer gelap seketika. Pluto terpaku, bingung bergerak. Ia cabut flashdisk yang sejak awal telah tertancap di USB.

Pengunjung lain beruntun keluar; ada yang pulang, ada yang masih menunggu, kalau-kalau tak lama PLN nyala. Sedang pluto, tak berani keluar, data yang tak sedikit itu entahlah bagaimana nasibnya, masih ada sepercik harapan di benaknya, semoga “Pak PLN” berbaik hati menghidupkan lagi listrik. Ia kembali membayangkan ratusan data yang telah ia copy, yang telah berhasil membuat pluto mengganjal perut dengan angin, pegal-pegal di daerah pinggang, bahu, tangan dan melemahkan otot-otot lainnya.

Tak sadar, ia telah melewatkan Shalat Ashar tepat waktu.

“What?!” hidung, mata, mulut pluto megap-megap, saat melihat jam 4.20 sebagai bukti terlambatnya ia, walaupun sebenarnya masih ada waktu.

Pluto angkat kaki, secepat kilat mengambil langkah seribu ke tempat ibadah yang tak lain masjid.

***

“Dorr!” gerhana menyambar novel dari tangan pluto.

“Wah, nona cantik ini suka baca novel juga?” ia berputar-putar mengikuti langkah pluto yang tak menggubrisnya.

“Kamu suka novel apa? Sinchan? Doraemon? Atau, sponge bob?” kali ini, pluto berhenti, memperhatikan gelak tawa gerhana.

“Sinchan, doraemon, sponge bob, itu bukan novel! Kamu ini emang dari oroknya idiot, apa IQ kamu tiarap sih?” petir pluto direfleks remasan-remasan novel oleh gerhana.

Tapi pluto belum peduli.

“Sini!” ia ambil paksa novel dari cengkraman gerhana yang lebih mirip patung bernyawa.

“Hey, Nona cantik!” panggilnya seperti sadar dari hipnotis pluto.

“Tunggu pembalasanku!” ucapnya, menirukan gaya pendekar kampungan.

“Siapa takut!” tukas pluto.

***

Lebih 1 jam pluto menunggu tanpa kepastian, ia bahkan datang lebih pagi dan baru kali ini ia tidak telat datang rapat, karna jatah sarapan masih utuh di tudung saji.

“Ke mana mereka ya?” keluhnya sambil mencoret-coret kertas untuk menghilangkan jenuh.

Sejam berlalu lagi,

“Kok gak ada yang dateng sih? Mana hpku ketinggalan...” ia berdiri, melongok, duduk lagi, diam.

“Potong bebek angsa masak di kuali,
Nona minta dangsa, dangsa empat kali,
Dorong ke kiri, dorong ke kanan,
La la la la la la la la la…”

Karena bosan, ia mendendang lagu kesukaannya waktu SD dulu.

Plok..plok..plok..

“Suaramu... bagus, kenapa gak jadi penyanyi aja?” suara yang tak asing di telinga pluto.

“Siapa itu?” tapi ia pastikan dulu namanya.

“Hai! Sudah lama menungguku?” lagi-lagi gerhana muncul di saat bad mood pluto tinggi. Pluto tak menolehnya.

“Nona cantik, sendirian di sini, apa gak takut?” mata pluto tiba-tiba saja kemasukan debu.

Namun tak sedikit pun kata-kata gerhana dijawab.

“Mau aku temenin?”

“Well..well.. kalo gak mau ditemenin, biar setan-setan aja yang nemenin kamu, gimana? Hahaha… Da! Hahaha…” tawanya sama sekali tidak lucu bagi pluto.

Pluto putuskan, menunggu barang 20 menit lagi.

Kurang 10 menit dia kan pergi, pluto menemukan Oksi sedang bersepeda di lapangan basket.

“Ngapain di situ, pluto?” sapa oksi. Didapatinya senyum pluto. Pluto mendekat.

“Kak oksi lihat anggota osis gak di sekitar sini? Aku lagi nunggu mereka, mau rapat terakhir.” Pluto mengutarakan alasan ia duduk-duduk di bangku taman sekolah

Betapa menyedihkannya reaksi raut muka pluto menerima kabar dari oksi.

Oksi bercerita tentang venus, adiknya yang mengeluhkan tingkah plin-plan pluto.

“Kemarin bilang, rapat terakhir hari minggu! Eh, malah dibatalin! Padahal, kan senin besok udah class meeting, alasannya gak logis lagi! Masa karna dia kecapean, laju gak jadi rapat! Mana ditelpon gak diangkat! Dia mau menghindar dari tanggung jawab, atau apa?” begitu keluh venus pada oksi.

Pluto hampir pingsan mendengar uraian dari oksi, ia pergi setelah sebelumnya berucap salam dan terimakasih.

***

Minggu terakhir ini, selalu datang pesan tak bernama di hp pluto. Kadang berisi puisi, pantun, atau ucapan-ucapan selamat; selamat pagi, selamat malam, selamat siang menjelang sore; ada-ada saja! Kadang pula, “udah shalat belum?”

Pluto tak terganggu dengan angsuran pesan-pesan itu, hanya saja, menjadi penasaran siapa di balik itu semua.

Terik kini berganti mendung, langit berawan abu-abu tua; tanda akan mengguyur bumi dengan deraian air.

Angkot yang di dalamnya terduduk pluto, terus melaju dalam terpaan hujan. Dan berhenti tepat di depan kediaman pluto. Jadilah pluto berbasah-basahan masuk ke gerbang rumah, tapi, tepat di tengah jalan raya, melintas pelan kucing. Samar pluto melihatnya, tergerak ingin memungut binatang basah kuyup itu. Nyawa binatang lucu itu akan pluto perjuangkan.

***

Kometa, nama menarik untuk kucing betina yang kemarin sore pluto gamit.

Tentu saja pagi ini pluto pergi tak ingin telat.

Ramalan cuaca siang ini hujan petir terjadi lagi. Untung, seluruh acara selesai sebelum hujan.

“Lain kali, kalo kamu mau ngubah jadwal rapat, realistis donk!” venus melabrak pluto di tengah jalan menuju halte.

“Venus, aku nggak…” pluto terhenti bicara saat tidak sengaja melihat gerhana tersenyum sinis penuh kepuasan di halte.

“Tunggu bentar!” ucap pluto cepat-cepat, ingin menantang lagi gerhana.

“Ger, kamu kenapa sih? Apa ada yang korslet dengan otak kamu ya? Apa maksud kamu ngasih tau anak osis minggu batal rapat?!” sumbar pluto.

“Eit, asal nuduh!” ia berkelit.

“Kalo bukan kamu, siapa lagi?” pluto tetap ngotot.

“Setidaknya, dendamku sudah terbalas!” katanya sadis.

“Heh! Apa sih tujuan kamu sebenernya?” tanya pluto menguak kekesalan.

“Tak ada!” ujarnya santai.

Pluto malas mengejar alasan konkrit gerhana, mual pluto melihat muka orang itu.

Bertepatan datang angkot jurusan pluto.

Tak tanggung-tanggung, venus ditinggalnya begitu saja.

***

“Ditabrak?” kometa berlarian mengejar kucing tetangga sebelah, dan mati oleh mobil kodok tanpa berdosa. Ayah pluto ikut sedih menceritakan alur kejadiannya pada pluto.

Walau pluto terseu-sedu, ia cepat menepis tangis, refreshing berselancar di internet. Lagi-lagi, [Jengkol_Tempe] menyapanya.

[Jengkol_Tempe] Selamet ye…

[Jengkol_Tempe] Acaramu sukses!

[PlutoAurora] Eh, kamu…

[PlutoAurora] Apakabar?

[Jengkol_Tempe] Kabar, baik.

[Jengkol_Tempe] Basi banget nanya kabar

[PlutoAurora] Yee..

[Jengkol_Tempe] Oh, ya..

[Jengkol_Tempe] Udah bisa nebak aku belum?

[PlutoAurora] Maybe

[Jengkol_Tempe] Kamu kenapa sih, suka banget bilang maybe?

[PlutoAurora] Lah kamu sendiri, kenapa suka bilang boleh juga atau oh, ya..

[Jengkol_Tempe] Mengalihkan nih!

[Jengkol_Tempe] Boleh juga gaya lo!

[PlutoAurora] BTW, bisa ngomong lo..lo.. juga toh?

[Jengkol_Tempe] Hee

[PlutoAurora] Jupi…

[PlutoAurora] Sedih deh, tadi kucingku mati!

[Jengkol_Tempe] Masa’ kucing mati, kamu sedih??

[PlutoAurora] Emang salah?

[Jengkol_Tempe] Berarti kamu cengeng donk!

[PlutoAurora] BTW, bentar lagi ujian semester, udah ada persiapan apa?

[Jengkol_Tempe] BTW terus! Gak ada kata laen ya?

[PlutoAurora] Hm, jayuz juga..

[Jengkol_Tempe] Siapa? Apa?

[PlutoAurora] Salting nih..

[Jengkol_Tempe] Persiapannya ya belajar, makan teratur, banyak tidur, gitu-gitu aja.

[PlutoAurora] Gantian kamu deh yang mengalihkan pembicaraan..

[Jengkol_Tempe] Kamu, apa aja persiapannya?

[PlutoAurora] Selain belajar, aku sih coba hunting informasi dari internet. Tapi, tau gak sih..

[Jengkol_Tempe] Apa?

[PlutoAurora] Masih inget pertama kita chatting?

[PlutoAurora] Nah, hari itu data-dataku hilang karna mati lampu.

[Jengkol_Tempe] Malangnya nasibmu…

[Jengkol_Tempe] Sudahlah kucing mati, data hilang pula.

[PlutoAurora] He’eh!

[Jengkol_Tempe] Udah ya, aku ada janji sama bumi, mau jenguk gerhana.

[PlutoAurora] GERHANA??

[Jengkol_Tempe] Kenapa?

[PlutoAurora] Aku kenal dia. Orang paling menyebalkan di dunia!

[Jengkol_Tempe] Oh, ya..

[Jengkol_Tempe] Perasaan, dia bukan orang bermasalah deh..

[PlutoAurora] Gak bermasalah gimana? Dia sering ganggu aku! Bahkan, waktu rapat terakhir untuk class meeting waktu itu, dia yang batalin! Sengaja banget bikin aku sebbel!

[Jengkol_Tempe] Hey.. hey.. tunggu dulu.

[Jengkol_Tempe] Rapat yang hari minggu itu?

[PlutoAurora] Iya!

[Jengkol_Tempe] Oh, itu..

[PlutoAurora] Aku nunggu sampe 2 jam lebih tau!

[Jengkol_Tempe] Dia sengaja lagi..

[Jengkol_Tempe] Biar kamu bisa menghargai waktu dan gak membiarkan orang-orang selalu menghabiskan waktu cuma untuk nunggu kamu.
[
PlutoAurora] Apa?

[Jengkol_Tempe] Tapi kamu gak usah kesel, lagian, acara kita sukses kan? Dia juga kok yang bilang ke kita-kita supaya berangkat lebih awal untuk persiapan akhir, gitu!

[PlutoAurora] Hah?

[Jengkol_Tempe] Iya, jadi harusnya kamu berterimakasih sama dia..

[Jengkol_Tempe] Udah ah, aku cabut ya! Bye!

***

“Yang bener Bang? Terinfeksi virus?” file-file yang telah tersave di flahdisk pluto terancam hilang, musnah, lenyap.

Virus menyebar dan sudah kronis. Padahal, seluruh data belum dicopy di dokumen komputernya. Tiba-tiba, sms tak bernama datang lagi.

“Hargailah tiap detikmu. Karna, hari adalah perhitungan tiap detik. Dan, tiap detik tidak boleh kehilangan perhitungannya.”

Air mata kembali mewarnai suasana malam pluto.

Untuk sekian lamanya, sms itu tak bernama, namun dalam hitungan detik, hp pluto berbunyi lagi;

“Boleh aku jadi tmanmu, Nona cantik?”

Pluto hening, berusaha meyakinkan dirinya, tidak akan mengecewakan siapa pun yang mengejarnya.

Bergen, 29 Juni 2007

No comments: