Sajak Nurel Javissyarqi
Kepadamu nafas menyatu dalam debur ombak lautan itu,
menggulung batas pasir nadimu yang kian menggemuruh
seakan karang dioyak kalbu rindu cemburu, menelisik ceruk
jauh terbuka, di lelembaran masa-masa dalam irama takdirmu.
Tiada ragu menapaki janji bertemu mencipta kembali kangen,
senyanyian abadi kaki-kaki kembara menyapai deduri kaktus,
yang liar-meliar juga kerikil cadas menghalangi ingatan sejarah.
Ia masih berkesanggupan memekarkan bunga ketulusan,
menanjaki hari-hari penuh kesungguhan batu penyimpan,
dan dibopongnya mimpi-mimpi menuju pelaminan kabut.
Adakah keraguan terkumpul, sedang waktu memberi jawab.
Tidakkah harus percepat, sebab pantai memanggil kembali
pertemuan dikoyak takut sungguh cemburu-rindu bertalu.
Mari menaiki tangga awan menghujati kota bumi kekasih
biar terfahami di lamun rasa tertumpah di segenap waktu
dunia bersapa ketika matanari bersinggah di hadapannya,
mengambili taburan cahaya-cahaya rasa atas kekisah.
Duhai waktu, kecup selendang kasih terlayang di hati sebrang
tuntunlah bagi jalan tertempuh agar jiwa menyatu kehangatan,
air pegunungan membasahi rambutmu tergerai kepada malam
-malam tak berujung.
Terlaksana benar di setingkap doa malam letih atas jemari restu,
menyatu dalam pergumulan lembar kertas dengan tinta hitammu.
Wednesday, March 5, 2008
Itulah Sayang
Posted by Kantong Sastra at 5:08 PM
Labels: karya (puisi)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment