Esai Gendhotwukir
MENGUNGKAP persoalan seksualitas perempuan sangatlah penting karena kesetaraan perempuan dapat diciptakan salah satunya lewat pembebasan represi seksual. Karena adanya represi seksual, perempuan sering kali diasingkan dari tubuh dan seksualitasnya. Banyak fakta dan kejadian selama ini menunjukkan bahwa tubuh perempuan sering diekploitasi, bukannya dieksplorasi.
Tulisan ini dimaksudkan untuk penumbuhan kesadaran bahwa tubuh perempuan itu indah. Perempuan wajib memiliki kesadaran akan hal itu sehingga ia memiliki otoritas atas tubuhnya sendiri. Dengannya perempuan memiliki pilihan-pilihan yang beragam atas arah dan ekspresi tubuhnya. Selain itu bagi kaum adam agar semakin menghormati otoritas tubuh perempuan.
Tubuh perempuan adalah karya seni alami (natural object). Perempuan mengalami otoritas tubuhnya sebagai sesuatu yang estetis. Tubuh perempuan selalu menarik untuk diekplorasi ketimbang tubuh laki-laki. Tubuh perempuan yang estetis sering dilihat dalam wacana multidimensional: anatomi, simbolis, semiotik, model atau otoritas dan fotografi. Keindahan tubuh perempuan memuat cita rasa estetis yang unik. Meski demikian, tubuh perempuan pada kenyataannya lebih sering diekploitasi dan menjadi obyek dominasi budaya patriarkal. Tubuh perempuan dalam relasi perempuan dan laki-laki berada dalam satu hubungan kekuasaan di mana satu pihak berada dalam posisi lebih kuat daripada pihak lain.
Otoritas atas Tubuhnya
Pemilik tubuh perempuan adalah dirinya sendiri. Darinya muncul satu tanggung jawab seorang perempuan terhadap tubuhnya. Kesadaran akan tubuhnya menjadi modal utama bagi perempuan untuk melakukan kontrol diri. Dalam konteks ini perempuan adalah pemilik dan sekaligus penentu bagi tubuhnya. Karena kesadaran akan tubuhnya yang indah dan berharga, perempuan disadarkan untuk membentengi tubuhnya dari segala bentuk kekerasan yang mengarah padanya.
Setidaknya ada tiga organ dari tubuh perempuan yang rawan akan ancaman kekerasan. Ketiganya berkaitan erat dengan seksualitas. Tiga organ tubuh tersebut yaitu payudara, vagina dan rahim. Ornamen seksual yang paling menonjol pada perempuan adalah payudara, sementara vagina dan rahim tersimpan rapat di kedalaman perempuan.
Secara sepintas orang akan mengetahui bahwa manusia itu perempuan dari bentuk dadanya. Meski demikian, secara sepintas pun orang juga akan mudah tertipu karena dewasa ini ada sebagian orang yang suka menampilkan payudara buatan padahal mereka bukan perempuan. Secara estetika, payudara memiliki konstruksi yang sangat indah. Dua butiran terjuntai vertikal dan terposisikan horizontal bersebelahan. Di tengahnya terdapat celah serupa kanal yang kalau ditelusuri akan menuju vagina. Posisi payudara yang berada di luar ini erat berkaitan dengan fungsi payudara sebagai penghasil susu untuk bayi. Posisi di luar ini memudahkan seorang ibu menyusui bayinya. Karena posisi di luar pula ini maka tidak mengherankan kalau payudara sering dijadikan sasaran tindak kekerasan seksual oleh laki-laki.
Vagina merupakan alat kelamin perempuan yang terkategori menjadi kelamin luar dan dalam. Vagina bagaikan sebuah pintu menuju kehĂdupan misterius. Di sana ada sebuah pintu yang tersembunyi dan jika dibuka dan masuk maka akan ditemukan sebuah dunia di dalamnya. Bibir besar (labia mayora) menjadi semacam pintu gerbang menuju pintu rumah yaitu bibir kecil (labia minora). Bibir vagina berada di antara dua tungkai paha. Keberadaan vagina bisa menciptakan pengalaman estetis sehingga tidak mengherankan menjadi sasaran kekerasan laki-laki.
Rahim adalah sebuah tempat awal kehidupan manusia yang tersembunyi di dalam perut perempuan. Rahim adalah rumah pertama bagi manusia baru. Rahim adalah agung. Sebagai tempat yang agung maka tetap terjaga kesuciannya. Rahim itu indah karena posisi, fungsi dan terutama karena keberadaannya. Ia indah pada dirinya sendiri.
Tragedi Keruntuhan Estetika Tubuh
Tubuh perempuan itu indah, tetapi sejauh mana perempuan mengenal tubuhnya? Sudahkah perempuan sungguh-sungguh sudah menyadari keindahan tubuhnya? Sudahkan tubuh-tubuh indah perempuan mendapat perlakuan indah dari pemiliknya maupun kaum laki-laki? Fakta-fakta tertentu menunjukkan bahwa perempuan belum banyak mengenali tubuhnya. Banyak perempuan tidak mengerti apa itu menstruasi. Banyak perempuan tidak bisa mencapai orgasme dalam hubungan seksual. Banyak perempuan tidak tahu caranya mengatur kelahiran anak. Banyak perempuan lebih suka melakukan aborsi. Banyak perempuan sering kali mengkondisikan bentuk tubuh dan wajah sesuai dengan fashion yang sedang ngetren.
Di sisi lain muncul juga ketragisan yang mengorbankan keindahan tubuh perempuan seperti angka kematian perempuan karena kanker payudara, poligamai, pengiriman tenaga perempuan sebagai pelacur, pelecehan seksual, pemerkosaan dan kekerasan dalam rumah tangga membuat perempuan merana. Pemerkosaan bahkan dijadikan strategi dalam perang di beberapa negara. Lebih memprihatinkan lagi, tradisi penyunatan pada budaya tertentu yang acap kali dikaitkan dengan paham keyakinan masyarakat tersebut.
Seksualitas perempuan acap kali hanya dilihat sebagai fenomena natural yang universal dan tidak dapat diubah. Padahal seksualitas terkait dengan konstruksi sosial, perasaan seksual manusia untuk menunjukkan kelaminnya. Seksualitas itu selalu dilatarbelakangi kekuatan sejarah sosial masyarakat dan merupakan perpaduan anatomi dan psikologi.
Keindahan tubuh perempuan telah rusak. Setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkannya terjadinya represi seksual tersebut: Pertama, kesalahpahaman tentang segala hal yang berkaitan dengan seksualitas yang dianggap tabu dalam kebudayaan. Kedua, keruntuhan keindahan tubuh perempuan dikarenakan kekerasan oleh kaum adam, baik secara personal maupun massal. Dan ketiga, ancaman penyakit kanker payudara dan rahim.
Ekspresi atas Otoritas Estetika Tubuh
Menyimak eksploitasi tubuh atas perempuan oleh berbagai sebab, perempuan harus berani berbicara tentang keinginannya untuk berkuasa atas tubuhnya sendiri. Perempuan harus berani menentukan sikap dan mengambil keputusan dalam hidupnya agar tidak melulu menjadi sasaran korban sistem patriarkal. Perempuan memiliki eksistensinya untuk berkuasa penuh akan jalan hidupnya. Tidak mengherankan, banyak perempuan lantas mengekpresikan kebebasannya dan menentukan pilihan-pilihan ekstrem seperti memilih untuk tidak menikah, melacur atas keputusan pribadi, lesbi dan menolak penyunatan. Pilihan-pilihan ini adalah wujud kesadaran kaum hawa akan otoritas tubuhnya yang indah.
Melacur dalam konteks ini dilatarbelakangi keputusan pribadi yang bebas dan bertanggung jawab. Pelacuran demikian secara implisit sebagai perayaan seksualitas perempuan atas otoritas tubuhnya yang estetis. Hal demikian tentunya berbeda dengan melacur untuk uang sebagaimana disampaikan oleh sosiolog dari Belanda bernama Bonger dan Bruine van Amstel. Melacur untuk uang tentu saja karena latar belakang sosial-ekonomi, sedangkan melacur untuk seksualitas lebih sebagai perayaan seksualitas perempuan atas otoritas tubuhnya yang estetis.
* Gendhotwukir, Penyair dan Jurnalis yang berdomisili di Lereng Gunung Merapi, Jawa Tengah
Saturday, March 15, 2008
Perayaan Otoritas Tubuh Perempuan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment