Sajak Nurel Javissyarqi
Awan-gemawan berbondong menutup cahaya purnama,
serupa bayangmu mengendap mencuri pandang jendela,
berharap hujan melalui hasrat mengalir, hening bertemu
riuh ombak di batang sungai jiwa menuju ke pulau setia.
Ini ganjaran melewati detik keletihan menggerus waktu
selembut aroma kopi di udara melayang jauh ke jurang terpencil
hanya dihuni pagi menyibak sepi melukis ilalang nan dedaunan
diberinya mahkota teratai, menutup diri dengan kelopak baja.
Siang itu terbakar langit, pebukitan berbara kepulkan asap
menyekutui awan digulungan angin tercecer batuan api
terpanggang di ketinggian ruh memanjat cahaya.
Tumpah menjelma debu pemberi suara degupan dada,
memandang senjakala di akhir pelabuhan warangka kata,
pepohonan menari-nari bersamaan angin menanti malam
pulang membelakangi purnama ditunggu kantukmu asmara.
Sehela masa berbicara kepada tiap harapan melangkah,
denting berhenti di pusaran mata angin nan terbang terhempas
ke tebing-tebing cakrawala manusia, laksana bayangan dimaknai.
Kenangan, bergentayangan di renung panjang, relung hati insan
menyendiri kekecewaan bersenyum binasa di ujung perpisahan,
jalan sungsang dikuliti hakikat ruh-tulang-turangga menderap.
Wednesday, March 5, 2008
Kenangan Bertemu Kembali
Posted by Kantong Sastra at 5:05 PM
Labels: karya (puisi)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment