Sajak Nurel Javissyarqi
Aku tunda kantukku
demi fajar ranum gemerisik langkah-langkah ibu ke pasar
burung-burung berkicau dibelantara kota membopongku
ketika terlelap di butiran awan putri bersenandung angin
pada bibir pantai tarian gelombang biru samudera itu.
Sepasang sayap terbang melebihi ketinggian bukit
harapan setua matahari, dan bayangan mengambil ruh
pengetahuan ayat-ayat dengan sabit tangan pengembala.
Dan kata-kata yang melingkar pada otak, masuk ke dalam
kesadaranmu abad-abad penuh musik berdendang perang
membunuh besar-besaran kebijakan di mata kesempurnaan
yang tak sanggup memanggil, akan terpenggal dengan sia-sia.
------
Nurel Javissyarqi, lahir di Kendal-Kemlagi, Lamongan, 8 Maret 1976. Tulisannya tersebar di media masa. Bukunya: Balada-balada Takdir Terlalu Dini (kumpulan sajak, 2001), Sarang Ruh (kumpulan sajak, 1999), Ujaran-ujaran Hidup Sang Pujangga (2004, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Enda Menzies & Welly Kuswanto, 2004), Segenggam Debu Di Langit (kumpulan esai & puisi, 2004), Sayap-sayap Sembrani (kumpulan prosa & haiku, 2004), Kulya Dalam Relung Filsafat (aforisma, bercermin kalender kearifan Leo Tolstoy, 2004), Cahaya Rasa Ardhana (kumpulan prosa & esai 2005), Batas Pasir Nadi (kumpulan puisi & esai, pengantar AS Sumbawi, 2005), Ada Puisi di Jogja (kumpulan sajak, 2005), Tabula Rasa Kumuda (kumpulan esai & puisi, 2006), Tubuh Jiwa Semangat (kumpulan esai & puisi, 2006), Trilogi Kesadaran (Kajian Budaya Semi, Anatomi Kesadaran & Ras Pemberontak, 2006), Kekuasaan Rindu Sayang (kumpulan esai & sajak, 2007), dan Kitab Para Malaikat (2007).
Wednesday, March 5, 2008
Merawat Jiwa-Jiwa
Posted by Kantong Sastra at 5:11 PM
Labels: karya (puisi)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment