Sajak Nurel Javissyarqi
Ketika ribuan embun mencipta pagi,
kau punguti serupa kalimat-kalimat tanpa wujud,
sebening hati menebarkan kata-kata wangi bersayap kasih,
kau menghidupkan nafasmu dalam nafasku kisah panjang.
Membaca kitab mata air sampai muara, mengajak sampan
menuju ujung pengembaraan, lautanmu serupa langitku biru, dan
burung camar bercanda melewati awan-gemawan batas kenangan.
Kesucian menjelma air gemerincing abadi
melafalkan mantra di dedaun jati diterpa angin malam petapa.
Adakah yang datang kepadamu membawa segenggam cahaya?
Hanya ketika sakit berdemaman mendekati firasat mati,
aku menulis sajak dan puisi, makanya tak ada yang berani:
Aku lenyap dalam tarian mata pena mengepakkan masa
menelusuri rongga dada penuh keringat garam masa-masa
menggelinjak-meliuk di selubung jantung,
kumparan angin mengumpulkan ranting menerbangkan daun
di setiap hembusan, menjelma tarian berpeluk rintian berontak.
Menyisir anak-anakan rambutmu saat sangkala menikam senja,
sesulur rimba raya keagungan dewa-dewi sehitam tinta pujangga.
Wednesday, March 5, 2008
Nafasku Atas Nafasmu
Posted by Kantong Sastra at 5:08 PM
Labels: karya (puisi)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Tanpa nafasku, aku masih bisa hidup beberapa saat, namun tanpa nafas-MU, sesaatpun aku tidak dapat hidup
Post a Comment