Sajak Nurel Javissyarqi
Membisikkan suara-suara ke telinga kalem nan tegar
dahi berkerut dijalanan sunyi menyusuri badan sungai
menuruni lembah nurani, melonjaki sakit berseri-serasi,
saat tersandung batu atau reranting patah kemarau lalu,
hendak cita samudra bertemu mata air bernasib serupa.
Kemana mutiara meninggalkan pantai di mata kelana
nyata lilin mencipta pelangi, ada panggilan tak dihirau
walau memecah hening menimpa badan pasir pesisir,
jikalau bekukan kalbu udara bercampur gemintang, dan
malam meleburkan jiwa-raga sejumlah yang dunia ucapkan.
Lelah terhempas ke ceruk terpejam, sunyi nan tenggelam,
kereta kencana ditarik angin taupan menuju negeri gaib
melepaskan beban tubuh berulang memutari awang-awang.
Terlelap kemabukan bagai diayun-ayun kelembutan berulang,
dan sehelai sampur pengikat kenang wengi diusapi kesunyian,
bertanya kesaksian riuh gelombang, membasuh wajah penanti.
Wednesday, March 5, 2008
Percakapan Pantai
Posted by Kantong Sastra at 5:07 PM
Labels: karya (puisi)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment