Oleh Willy Ediyanto*
MELIHAT dan mendengar peristiwa banjir yang menggenangi ruas jalan tol menuju Bandara Soekarno-Hatta akhir-akhir ini, reaksi orang berbeda-beda. Ada orang yang merasa iba karena penderitaan warga ibukota yang tak henti-henti. Ada juga orang yang merasa senang karena tempat tinggalnya tidak kebanjiran. Ada juga orang yang merasa senang melihat penderitaan warga Jakarta.
Melihat dan mendengar bencana itu, pikiran orang pun berbeda-beda. Ada yang menanggapinya dengan dingin karena itu adalah peristiwa yang rutin hanya saja kali ini lebih besar. Ada juga yang menganalisis penyebab banjir yang makin meluas itu. Ada yang menuduh alam telah berubah. Ada juga menuduh faktor keteledoran dan keserakahan manusia sebagai penyebab peristiwa itu.
Bagi kebanyakan orang, peristiwa banjir semacam itu hanya sampai pada sebatas sebuah berita. Kering tanpa rasa indah yang menggerakkan perasaan, pikiran, dan daya bayang (imajinasi). Berbeda dengan tanggapan seniman yang menggunakan pikiran dan perasaan sekaligus yang kemudian dituangkan dalam karya seni. Bagi sastrawan, peristiwa banjir, baik peristiwanya itu sendiri, penyebabnya, maupun akibatnya, tidak dianalisis secara ilmiah, akan tetapi juga digerakkan dengan imajinasi dan dengan perasaan.
Nilai-nilai dalam peristiwa seperti itu direnungkannya, kemudian dengan akal dan dayanya, peristiwa yang mengesankan, yang menggelitik pikiran dan perasaannya itu diabadikan dalam bentuk karya seni. Bagi seorang musisi dan pencipta lagu, peristiwa-peristiwa itu akan menjadi sebuah aransemen musik dan lagu. Bagi pelukis, peristiwa-peristiwa itu akan dituangkan dalam bentuk coretan warna-warni yang mempunyai makna.
Sedangkan bagi sastrawan, peritiwa-peristiwa itu dapat dituangkan dalam bentuk karya sastra baik itu puisi, cerita pendek, novel, maupun drama.
Imajinasi dalam karya seni bukanlah khayalan yang kosong. Imajinasi adalah hasil pemikiran dan perenungan yang didasarkan pada peristiwa nyata yang dilihat, dirasakan, atau bahkan dialami oleh si seniman. Jadi, karya seni bukanlah khayalan semata.
Dapat dikatakan bahwa karya seni umumnya atau puisi khususnya adalah sebuah tiruan dari sebuah kenyataan, kejadian, atau peristiwa yang terjadi yang diungkapkan kembali dengan bumbu pengalaman penyair.
Kehidupan yang digambarkan dalam puisi, tidak sama persis dengan kehidupan nyata. Penyair menuliskan puisi dari peristiwa atau kejadian itu, diungkapkan menggunakan pikiran dan perasaannya. Ungkapan pikiran dan perasaannya itu pun dihiasi dengan sikap penyair, latar belakang pendidikannya, budayanya, pandangan hidupnya, kedewasaan psikologisnya, dan sebagainya.
Nyatalah bahwa puisi bukan sekedar pengungkapan pikiran atau perasaan saja. Puisi adalah gabungan pikiran dan perasaan yang tidak saling terpisahkan. Di dalam puisi terdapat pikiran penyair sekaligus ungkapan perasaannya.
Berikut ini contoh puisi yang berkaitan dengan masalah air, banjir, dan kekeringan karya Taufik Ismail yang berjudul "Yang Kami Minta Hanyalah": Yang kami minta hanyalah sebuah bendungan saja / Penawar musim kemarau dan tangkal bahaya banjir / Tentu bapa sudah melihat gambarnya di koran kota / Tatkala semua orang bersedih sekadarnya // Dari kakilangit ke kakilangit air membusa / Dari tahun ke tahun ia datang melanda / Sejak dari tumit, ke paha lalu kepala / Menyeret semua // Bila air surut tinggallah angin menudungi kami / Di atas langit dan di bawah lumpur di kaki / Kelepak podang di pohon randu // Bila tanggul pecah tinggallah runtuhan lagi / Sawah retak berebahan tangkai padi / Nyanyian katak bertalu-talu // Yang kami minta hanyalah sebuah bendungn saja / Tidak tugu atau tempat bermain bola / Air mancur warna-warni // Kirimlah kapur dan semen. Insinyur ahli / Lupakan tersedianya sedekah berjuta-juta / Yang tak sampai pada kami // Bertahun-tahun kita merdeka, bapa / Yang kami minta hanyalah sebuah bendungan saja / Kabulkanlah kiranya.
* Willy Edi, praktisi pendidikan
Saturday, March 8, 2008
Merekam Peristiwa Kehidupan Melalui Puisi
Posted by Kantong Sastra at 8:32 PM
Labels: kiat/tips kepenulisan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
Materi yang isnpiratif untuk mengajar di kelas. Adakah posting lain tentang menulis puisi? Salam.
goesprih.blogspot.com
Insya Allah, nanti ada lagi.
Post a Comment